Friday 1 November 2013

Mendidik anak shalih

Dalam suatu cerita, dikisahkan bahwasanya ada seseorang lelaki tua tengah berjalan-jalan di pinggir sungai. Waktu berjalan-jalan, terlihatlah olehnya seseorang anak tengah mengambil wudhu sembari menangis. Lalu ia beratanya, “Wahai anak kecil, mengapa anda menangis? ” Anak itu menjawab, “Wahai kakek, saya sudah membaca ayat Al-Quran hingga hingga pada ayat yang berbunyi, “Yâ ayyuhal-ladzîna âmanû qû anfusakum, ”yang berarti, “Wahai beberapa orang yang beriman, jagalah olehmu sekalian bakal dirimu. ” Saya menangis karena saya takut bakal dimasukkan ke dalam api neraka. ” Berkata orang tua itu, “Wahai anak, jangan sampai anda takut, sebenarnya anda terpelihara serta anda tak lagi dimasukkan ke dalam api neraka. ” Anak itu menjawab, jual jilbab online murah “Wahai kakek, kakek yaitu orang yang berakal, bukankah kakek tengok bila orang menyalakan api, maka yang pertama bakal mereka tempatkan adalah ranting-ranting kayu yang kecil dulu lalu baru mereka tempatkan yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini bakal dibakar dulu sebelum saat dibakar orang dewasa. ” Berkata orang tua itu, sembari menangis, “Sesungguh anak ini lebih takut pada neraka dari pada orang yang dewasa, maka bagaimanakah situasi kami kelak? ” Pikirkan apabila saja yang dikisahkan dalam potongan cerita itu yaitu anak kita. Anak yang kita lahirkan serta besarkan dengan keringat serta jerih payah. Pasti begitu mujur serta berbahagianya kita untuk orang tua. Begitu juga banyak keringat yang sudah tercucur, tenaga yang sudah terkuras, waktu dan pikiran yang sudah tersita, seluruh takkan ada apa-apanya dibanding dengan hasil yang kita dapatkan, yakni anak yang shaleh. Mempunyai anak shaleh adalah idaman tiap-tiap keluarga. Di samping untuk penerus keturunan, nantinya anak shaleh akan jadi investasi di saat yang akan tiba. Do’a-do’a anak shaleh yaitu pahala yang selalu mengalir tiada henti. Ia bakal menembus langit serta pada akhirnya hingga pada kita untuk orang tua sebelum saat maupun setelah kita mati. Berkemauan mempunyai anak yang shaleh tidaklah impian. Siapa juga orangnya sama mempunyai peluang untuk mewujudkannya. Hadirnya anak shaleh dalam suatu keluarga tidaklah mu’jizat atau turun dari langit dengan sendirinya. Ia bakal ada di tengah-tengah kita tidak ada lain adalah buah dari usaha yang kita kerjakan dalam mendidiknya. Apabila kita berkemauan serta berupaya keras mendidik anak supaya jadi anak yang shaleh, maka ia bakal tumbuh seperti dengan apa yang kita kehendaki. Namun bila tak, hasrat untuk mempunyai anak shaleh hanya suatu angan-angan serta hayalan semata. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali saat mengulas perihal peran ke-2 orangtua dalam pendidikan menyampaikan : “Ketahuilah, bahwasanya anak adalah amanat untuk ke-2 orangtuanya. Hatinya yang tetap suci adalah permata alami yang bersih dari pahatan serta bentukan, dia siap di beri pahatan apa pun serta cenderung pada apapun yang disodorkan kepadanya Bila dibiasakan serta di ajarkan kebaikan dia bakal tumbuh dalam kebaikan serta berbahagialah ke-2 orang tuanya didunia dari akherat, juga tiap-tiap pendidik serta gurunya. Namun bila dibiasakan kejelekan serta dilewatkan untuk mana binatang ternak, pasti bakal jadi jahat serta binasa. Dosanya juga dijamin oleh penguru serta walinya. Maka sebaiknya ia pelihara mendidik serta membina dan mengajarinya akhlak yang baik, menjaganya dari rekan-teman jahat, tak membiasakannya bersenang-senang serta tak juga membuatnya sukai kemewahan, hingga bakal menggunakan umurnya untuk mencari hal itu apabila dewasa. ” Tersebut disini sebagian cara dalam mendidik anak, supaya anak diinginkan bisa mempunyai sikap serta tingkah laku yang baik dan seperti dengan hasrat orang tua dengan berlandaskan norma serta agama. 1. Keteladanan Keluarga, terutama orang tua yaitu profil awal untuk seseorang anak untuk diikuti serta dicontoh perilakunya. Saat anak mulai beranjak remaja, manfaat ini mulai berubah pada grup sebaya-nya maupun profil-figur lain diluar keluarga, seperti tokoh-tokoh dalam film atau cerita. Oleh karenanya, telah semestinya orang tua bisa berikan pondasi awal yang kuat perihal sikap serta tingkah laku yang positif. Karena nantinya saat anak dihadapkan pada kondisi yang benar-benar kompleks, anak bakal lebih siap serta berkelanjutan pada keputusannya. Supaya tujuan ini terwujud, maka pastinya mesti ada keteladanan dari orang tua. Ingatlah satu perbuatan orang tua tak lagi efisien apabila cuma berlangsung komunikasi satu arah. Berilah perumpamaan yang pada anak tentang tingkah laku yang baik dari orang tua mereka sehari-hari. Ini dapat diawali dengan beberapa hal yang umum sehari-hari kita kerjakan dirumah. Dengan demikian, kedepan diinginkan anak akan mulai sedikit untuk sedikit mencontoh tingkah laku yang positif dari orang tuanya. 2. Pembiasaan Sesudah ada perumpamaan yang baik dari orang tua, maka butuh dikerjakan pembiasaan dari perilaku-perilaku yang sudah dikerjakan tadi. Hal semacam ini mutlak lantaran dihawatirkan apabila orang tua waktu tidak ada disisi mereka, perilaku-perilaku yang anak kerjakan akan beralih kembali. Karenanya ada pembiasaan, maka tingkah laku positif itu bakal jadi tabiat positif anak hingga ada atau tak ada orang tua, beberapa hal positif terus mereka kerjakan. 3. Nasehat Setelah itu yaitu nasehat. Dikala sistem di atas berjalan, orang tua juga mesti selalu berikan pengertian-pengertian maupun pemahaman-pemahaman pada anak kenapa satu tingkah laku itu mesti dikerjakan, apa faedahnya, baik untuk diri sendiri serta yang terutama untuk orang lain. 4. Kontrol Sesudah beberapa langkah diatas jalan dengan baik, maka setelah itu yaitu kontrol dari orang tua. Dalam pelaksanaannya, kontrol yang dikerjakan harus digerakkan dengan cara arif serta bijaksana, tak dengan bikin posisi anak jadi tersudut, hingga kontrol malah tak jadi efisien. 5. Reward and Punishment Yang paling akhir yaitu menghadiahkan serta hukuman. Di samping poin-poin diatas, panduan ke lima ini juga tidak kalah pentingnya untuk menumbuhkan ketertarikan serta tanggung jawab pada anak. Tetapi daripada itu, pada mulanya mesti dingat oleh beberapa orang tua bahwasanya pemberian hukuman pada anak ditujukan untuk mendidik anak bukan hanya untuk menyudutkan terlebih melukai fisik. Hukuman yang didapatkan bukan sekedar hanya berupa fisik, namun juga dapat dikerjakan beberapa hal lain seperti dengan pengurangan hak, atau pemberian satu pekerjaan penambahan. Apabila hukuman fisik terpaksa diberikan, maka mesti di perhatikan bahwasanya cubitan kecil maupun pukulan mudah dapat dapat diberikan dengan syarat : tak bisa di bagian-bagian vital anak, tak bisa di bagian atas badan (perut, dada, leher, kepala, punggung) serta tak bisa meninggalkan bekas